Urun Daya dalam Sains

Salah satu masalah yang paling sulit diselesaikan oleh para saintis adalah kekurangan data. Masalah ini umumnya berasal dari kurangnya dana, ketiadaan alat, atau lokasi penelitian yang sulit dijangkau sehingga tidak memungkinkan kunjungan yang rutin.

Seringkali para peneliti berandai-andai, bila saja masyarakat lokal bisa membantu melaporkan temuan-temuan, atau perubahan-perubahan yang mungkin bermanfaat untuk penelitiannya. Namun tentu saja masyarakat juga punya kesibukan lain, sehingga enggan direpotkan oleh hal demikian. Kecuali misal mereka mendapat insentif. Yang mana kembali ke permasalahan pertama, yaitu ketiadaan dana.

Salah satu upaya yang kemudian dilakukan oleh para peneliti adalah melakukan Urun Daya atau crowdsourcing. Dalam istilah sains sebenarnya lebih dikenal sebagai Citizen Science, tapi entah kenapa saya lebih senang istilah Crowdsourcing Science. Bagi saya Citizen Science itu masyarakat sebagai pelaku risetnya, semacam peneliti amatir. Sementara Crowdsourcing Science itu masyarakat dengan sadar atau boleh jadi juga tidak sadar membantu peneliti mengambil data.

Dalam Urun Daya Sains, peneliti mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan data penelitian. Bedanya, masyarakat benar-benar berpartisipasi dengan kehendaknya sendiri. Peneliti hanya perlu memastikan metode pengambilan data yang tidak merepotkan, tapi datanya cukup baik untuk digunakan sebagai data penelitian.

Gambar di atas adalah satu contoh Urun Daya Sains yang diinisiasi oleh The National Trust dari Inggris. Mereka mengajak masyarakat untuk mengambil gambar dari anjungan yang telah disediakan, kemudian meminta pengambil gambar untuk mengunggah gambar mereka dengan tagar #NTshiftingshores di media sosial. Dengan adanya tagar, National Trust bisa mengakses gambar dengan mudah, memasukkannya ke dalam basis data, menganalisisnya dengan bantuan mesin (menggeoreferensi, dll), sehingga yayasan ini bisa mengetahui perubahan garis pantai.

Bayangkan misal dalam satu minggu kita dapat 10 gambar, maka dalam satu tahun kita punya 520 gambar, dan dalam 10 tahun kita punya lebih dari 5000 gambar. Cukup hanya dengan bermodalkan papan informasi seperti ini. Mungkin modal lainnya yang harus dikeluarkan adalah setiap tahun kita harus kunjungi, bersihkan, kemudian pasang suatu benchmark di pantai yang bisa kita gunakan untuk pembanding.

Crowdhydrology – Crowdsourcing data hidrologi
Salah satu projek urun daya sains lain yang saya suka adalah Crowdhydrology dari Amerika Serikat. Projek mereka adalah mengumpulkan data hidrologi di Amerika Serikat.

Yang mereka lakukan adalah mereka memasang tongkat pengukur ketinggian air dan di sekitarnya terdapat papan informasi yang berisi nomor stasiun dan kontak. Citizen scientist kemudian melihat dan mengirim sms ke nomor kontak. Data yang diberikan kemudian bisa diakses semua orang.

Tidak ada insentif apa-apa. Para kontributor data diberikan apresiasi setinggi-tingginya untuk bisa menyebut diri mereka sendiri sebagai citizen scientist karena mereka telah berkontribusi terhadap perkembangan sains.

Lokasi titik pengamatan CrowdHydrology di seluruh Amerika Serikat

GlobalXplorer – Urun Daya Bidang Arkeologi
Salah satu projek urun daya yang saya pernah ikuti adalah projek menarik dari Dr. Sarah Parcak, pemenang Ted Prize tahun 2016. Projeknya, GlobalXplorer, mengajak orang-orang untuk menganalisis data citra satelit untuk bisa melihat jejak arkeologi, misal bentukan kanal purba, penggalian-penggalian, dll.

Projeknya Dr. Parcak ini keren banget. Dengan bantuan masyarakat yang mengidentifikasi secara visual, kemudian data identifikasi ini dikombinasikan dengan pemelajaran mesin machine learning, Dr. Parcak dan tim bisa mengidentifikasi potensi keberadaan 17 piramida, 3100 pemukiman, dan sekitar 1000 makam di Mesir.

GlobalXplorer ini didesain seperti permainan. Kita diberi medali, kemudian ada jalan ceritanya mengikuti kisah arkeologi. Misal cerita Suku Inca, Suku Maya, dan lain sebagainya. Keren!

Contoh petualangan di GlobalXplorer

Bagaimana di Indonesia?
Saya sudah terpikir banyak hal yang bisa kita kerjakan di Indonesia terkait hal ini. Bangsa kita sangat murah hati dalam media sosial. Mereka akan dengan senang hati membantu apabila ada penghargaan yang mereka terima, misal sebuah pengakuan akan kontribusi.

Misal di Stone Garden, Padalarang. Kita pasang satu papan seperti punya National Trust. Kita arahkan ke daerah yang ditambang. Jika kita lakukan cukup lama, misal 5 tahun atau 10 tahun, kita bisa dapat gambar timelapse perubahan bentang alam di sana.

Lainnya, misal di Karangsambung, lokasi primadona mahasiswa geologi Indonesia. Sebagai tempat yang terus dikunjungi, kita pasang beberapa titik pantau. Mahasiswa yang melihat papan informasi di titik pantau ini kemudian bisa melaporkan fotonya sehingga kita bisa memantau titik tersebut setiap tahun, misal di Kekar Kolom Diabas Gunung Parang yang terakhir saya ke sana sedang berpacu melawan linggis para penambang.

Lainnya lagi misal pasang satu titik di Jakarta sehingga kita bisa lihat perkembangan pertambahan gedung-gedung pencakar langit di ibukota. Dan lain sebagainya.

Kalau bisa jadi, wah mantap! Semoga sepulang ke Indonesia nanti ada waktu dan energi untuk kerjakan hal-hal ini. Insyaallah.

Contoh proyek Citizen Science dari NOOA Amerika Serikat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *