Memantau Kebocoran Minyak di Laut Jawa

Minyak bocor di Laut Jawa! Kasus ini diungkap oleh Direktur Hulu PT Pertamina Persero Dharmawan Samsu bahwa insiden ini telah terjadi sejak 2 minggu lalu, 12 Juli 2019 dini hari. Ketika itu muncul gelembung gas, yang menyebabkan operasi pengeboran berhenti dan tanggal 14 Juli Pertamina memutuskan evakuasi pegawai.

Pertamina pertama membuka rilis insiden ini pada tanggal 18 Juli dan mengatakan telah melakukan upaya maksimum untuk menghentikan kebocoran gas dan minyak.

Menurut rilis CNCB Indonesia, per tanggal 22 Juli, bocoran minyak telah meyebar hingga ke pantai di pesisir Karawang. Pertamina juga telah mengerahkan 27 kapal yang dilengkapi dengan oil boom dan dispersant ke sekitar anjungan dan titik-titik yang terindikasi terdapat tumpahan minyak di laut.

Yang menarik peristiwa kebocoran minyak ini bisa kita amati jelas dari citra satelit dengan teknik penginderaan jauh.

Dengan menggunakan citra satelit Sentinel 2 dari European Satelite Agency (ESA), kita bisa jelas perkirakan kebocorannya. Saya sebenarnya tidak tahu pasti di mana titik kebocoran dan titik anjungan. Jadi titik ini hanya dugaan, berdasarkan fakta-fakta visual yang jelas.

Dengan piranti lunak Sentinel Hub, Saya mengarahkan pencarian saya ke Laut Jawa di pesisir Karawang. Kemudian mengatur tanggal antara awal Juli hingga sekarang. Dari hasil ini, saya menduga-duga di mana titik anjungan berada. Hasilnya adalah titik dugaan kebocoran ini berada sekitar 10 kilometer arah utara dari Muara Cilamaya. Kemudian saya membuat gambar selang waktunya.

Perhatikan bagian tengah kanan gambar. Sebaran minyak mulai terlihat pada tanggal 14 Juli 2019, kemudian kita lihat banyak titik-titik yang kemungkinan besar adalah kapal-kapal pembersih minyak. Bagian pojok kiri bawah peta adalah pantai di Karawang.
Perbesaran gambar sebelumnya. Kita bisa amati lebih jelas kebocoran minyak dan upaya pembersihan minyak pada tanggal 24 Juli 2019.

Dengan menggunakan citra Sentinel 1 yang berbasis radar, kita bisa perkirakan luas penyebaran tumpahan minyak. Ini memungkinkan karena minyak memiliki respon berbeda terhadap gelombang radar dibandingkan air.

Citra Sentinel 1 Ground Range Detected mode IW tanggal 18 Juli 2019. Mohon maaf tidak ada skala.
Citra Sentinel 1 Ground Range Detected mode IW tanggal 30 Juli 2019. Skala tidak sama dengan gambar tanggal 18 Juli.
Timelapse sebelum kebocoran dan sesudah kebocoran. Perhatikan warna gelap yang merupakan refleksi dari minyak.

Di gambar kita bisa lihat minyak kemungkinan besar yang berwarna gelap, sementara air laut bertekstur kasar. Titik awal warna gelap berasal adalah sama dengan titik di gambar selang waktu sebelumnya. Titik-titik terang kemungkinan besar adalah kapal-kapal yang berseliweran membersihkan tumpahan minyak.

Dengan memanfaatkan citra satelit, kita bisa menghitung seberapa luas pelamparan minyak. Kita juga bisa menggunakan data ini untuk merencanakan strategi penanganan dampak sehingga upaya kita bisa maksimal.

Semoga tulisan ini mampu memberikan informasi yang mencerahkan. Tulisan ini tidak saya maksudkan untuk menyudutkan siapa-siapa. Hanya semata-mata keinginan untuk berbagi cara melihat bumi dari sudut pandang yang lain. Untuk itu, informasi ini mohon untuk tidak dikutip dan mari kita menunggu rilis resmi dari LAPAN sebagai pihak yang berkepentingan di bidang ini.

Saya mendoakan yang terbaik untuk segenap jajaran Pertamina dan kru yang bertugas. Semoga kejadian ini yang terakhir dan tidak terulang lagi.

Semoga penanganan kebocoran dan pembersihan laut terlaksana sebaik-baiknya.

Gambar terbaru dari Sentinel 2 tanggal 29 Juli 2019!