Geotrek Curug Jompong Tahun 1918 (2)

Cerita tentang Geotrek Curug Jompong belum selesai, berlanjut di sini. Pada hari kamis 24 Desember 1918, di harian yang sama, De Preangerbode, peserta geotrek menuliskan pengalaman bergeotrek ke Curug Jompong. Coba bandingkan miripkah dengan geotrek jaman sekarang?

“Pengurus Perkumpulan Sejarah Alam punya rasa percaya diri yang luar biasa untuk mengadakan ekskursi tanggal 22 kemarin karena beberapa hari belakangan ini hujan terus turun. Karena banyak anggota yang tidak sepercaya diri pengurus, akibatnya banyak yang absen karena takut hujan, Bahkan tidak ada satupun anggota perempuan yang ikut, semua absen. Tapi seperti yang sering terjadi, mereka yang absen pasti kecewa berat. Perjalanan kali ini diberkahi oleh cuaca yang indah. Program berjalan luar biasa seru. 

Titik kumpul di Pasar Andir jam setengah tujuh. Sepanjang jalan setapak ke selatan kami sering terpeleset dan terperosok. Heran, kenapa bisa jalan seburuk ini, padahal seharusnya jalur ini dirawat dengan baik. 

Setelah dua jam, kami sampai di Gadjah di tepi Ci Tarum dan mengunjungi makam bupati di sana. Saya tidak bisa bilang bahwa gambaran dewa gajah Ganesha membuat pintu masuk jadi mengagumkan. Kami tidak akan membuat gajah untuk bahan kontemplasi. 

Jembatan bambu melewati Ci Tarum di Gadjah merupakan jembatan yang menarik. Mobil dan gerobak bisa lewatkan. Menarik sekali bagaimana ini terjadi dalam sebuah instalasi bambu.

Dari Gadjah kami menyusuri sisi selatan Ci Tarum menuju Leuwisapi hingga sampai di Curug Jompong, tujuan akhir kami. Di sini kami langsung turun ke dasar sungai untuk melihat jeram yang terbentuk oleh “bendungan” andesit piroksen”, batuan yang cukup jarang ditemui di sini. 

Dengan matahari yang hangat, kami menginginkan untuk bersegera mencari kesegaran dengan mandi di Soeka Bernang. Agar kami tetap enjoy dan segar, juga karena banyak peserta yang kelelahan, kami pergi ke Soeka Bernang dengan naik Sado. Kemudian dari sana, kami pulang ke Bandung naik mobil. Hari itu adalah hari yang menyenangkan.”