Sketsa Gereja Tua di atas Batugamping Terumbu dan Ingatan pada Sang Guru

Saya duduk di tepian Sungai Lahn, melihat pemandangan Gereja St. Lubentius yang dibangun megah pada abad ke-13 di atas batugamping terumbu berumur Devon (sekitar 375 juta tahun yang lalu). Siang itu benderang dan saya duduk di rimbun taman tepi sungai. Orang-orang berlewatan, berlari, bersepeda, berhenti sejenak kemudian berenang di Sungai Lahn yang tenang. Tempat ini indah dan sudah ditetapkan menjadi bagian dari Geopark Lahn-Westerwald-Taunus, sebuah geopark nasional di Jerman dengan luas 3800 km persegi yang menyimpan kisah geologi lebih 400 juta tahun ke belakang.
Waktu saya masih panjang, kereta hadir setiap jam. Pikir saya tak perlu terburu-buru. Lalu saya keluarkan pensil dan kertas, memulai mengukur dan mengeker, membayangkan proporsi bentuk sketsa saya. Mengingat dengan keras ajaran-ajaran yang saya serap dari almarhum guru saya, yang saya yakin akan sedang asyik menyeketsa jika ada bersama saya di sana. Memamerkan hasilnya pada saya, membuat saya berkecil hati, lalu dia tertawa.
Saya bukan penggemar membuat sketsa, hanya siang itu saya merasa ingin melakukannya. Karena dengan begitu saya merasa dekat dengan Sang Guru, yang selalu memuji, sejelek apapun hasil sketsa saya. Kata beliau, “Sketsa saya juga dulu jelek”, yang mana saya yakin merupakan manifestasi kerendahhatiannya, karena saya membaca skripsi sarjana beliau, skripsi lulusan terbaik pada periode wisudanya, yang dihadiahi palu geologi oleh himpunan kami sebagai penghargaannya. Tentu sketsa di skripsi beliau itu luar biasa bagusnya, silakan mampir di perpustakaan Klompe jika tak percaya.
Menyeketsa perlu waktu yang lama, perlu ketekunan membuat garis, memberi tekstur, dan memperkirakan proporsi gambar agar sesuai, tak terlalu kecil, tak terlalu besar. Tekun bukan sifat saya. Sulit buat saya untuk tekun, karena begitu banyak distraksi. Mungkin karena sifat milenial yang kesulitan berkonsentrasi dan mudah tergoda melakukan hal lain. Tapi saya percaya bahwa membuat sketsa adalah salah satu cara baik untuk melatih ketekunan. Menyelesaikan yang sudah kita mulai, dengan hasil baik yang memuaskan.
Terima kasih Pak Budi Brahmantyo, semoga ilmu bapak menjadi amal yang tiada putus-putusnya menerangi di alam sana.

St. Lubentius an der Lahn auf dem Devonischer Kalkstein,

Limburg, Hessen, Deustchland

22.August.2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *