Kelip Lampu dan Cinta Kota pada Penduduknya

Hampir sebulan sejak perjalanan saya ke Ghent, Belgia, saya tidak menulis apa-apa. Bukannya kenapa-kenapa, hanya saya bingung apa yang harus saya tulis saking berkesannya perjalanan saya ke sana.

Meski demikian ada satu tempat yang begitu berkesan di hati saya, yang ketika dijelaskan pada saya oleh pemandu tur jalan kaki saya, bergetar hati saya oleh haru. Tempat itu namanya Sint Veerleplein. Lokasinya di sebuah lapangan kecil di depan pintu masuk Kastil Gravensteen, di tepian Sungai Leie.

Sint Veerleplein dari Kastil Gravensteen

Di sini tak ada apa-apa. Jika saya tidak ikut tur saya pasti melewatkan tempat ini, karena hanya lapangan biasa saja.

Di lapangan ini pemandu kami, Fabian, menunjuk satu tiang lampu yang berada di tengah-tengah lapangan itu kemudian bercerita, “Tempat ini adalah salah satu tempat favorit saya di Kota Ghent. Kenapa? Karena saya pernah melihat orang menangis, tertawa, berjingkrak-jingkrak, bersulang, dan melakukan banyak hal lainnya.” Fabian menghela nafasnya sembari melanjutkan ceritanya, “Lihat tulisan di bawah kaki kalian” katanya “Di sana tertulis, tiang lampu ini terhubung pada rumah bersalin di Ghent, setiap kali lampu ini berkelip-kelip selama satu menit, itu artinya ada satu orang bayi lahir di Ghent, bertambah satu penduduk Ghent. Kelap-kelip lampu ini dipersembahkan untuk setiap bayi dan anak yang baru lahir di kota ini”

3F9A5627.JPG
The Streetlights on Sint Veerleplein are connected to the maternity hospitals in the city of Ghent. Everytime the lights slowly flashes, a child is born. This work is dedicated to the newborn and to all children who are born today in this city.

Fabian berhenti berbicara, kemudian melanjutkan pelan, “Indah bukan? Suatu keterikatan penduduk kota pada kelompoknya, bahwa setiap mereka yang lahir dianggap sebagai bagian dari penduduk Ghent, dan mereka merayakannya.”

Secara rata-rata dua puluh bayi lahir setiap harinya di Ghent, atau rata-rata setiap satu jam. Sayang ketika saya di sana, saya menunggu sekitar satu jam namun tidak cukup beruntung untuk melihat lampu itu berpendar nyala.

Lalu saya berpikir panjang dan bahkan terus memikirkannya hingga sekarang. Saya selalu yakin bahwa saya mencintai Bandung, kota kelahiran saya. Tapi apakah Bandung mencintai saya? Atau apakah penduduk Bandung mencintai saya? Atau bagaimana membuat orang merasa dicintai kotanya, seperti Kota Ghent dengan Sint Veerleplein-nya menunjukkan simbol rasa memiliki kota pada penduduknya.

Semoga kelak ada saatnya, saya duduk lagi di sana dan merayakan lahirnya penduduk baru Kota Ghent.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *