Meninggalkan Hati di Jembatan Bastei

20171224_123833
Basteibrucke dari titik pengamatan. Perhatikan sebagai latar bukit Mesa Konigstein.

Pengembaraan saya di Jerman membawa saya kepada singkapan batupasir berumur kapur yang tersingkap luar biasa di tepian Sungai Elbe, Provinsi Saxony, sekitar 1 jam berkereta api dari ibukota Provinsi Saxony, Dresden, sebuah kota cantik di bagian timur Jerman.

Basteibrucke begitu namanya (brucke=jembatan dalam bahasa Jerman), adalah jembatan batu setinggi 194 meter yang dibangun di atas Formasi Batupasir Elbe sekitar tahun 1854 untuk tujuan wisata, setidaknya begitu yang saya baca dari wikipedia. Sejak lebih 200 tahun yang lalu, Bastei telah jadi fenomena alam yang menarik wisatawan. Pada 1814 dibangun jembatan kayu untuk mengakomodasi turis yang ingin menjelajahi bebatuan eksotis ini yang kemudian dikembangkan lebih permanen 40 tahun kemudian.

20171224_110304
Stasiun Rathen dengan latar Batupasir Elbe

Terpesona adalah kata yang mungkin mendeskripsi perasaan saya mengunjungi tempat ini. Sejak dalam perjalanan berkereta, kita menyusuri Sungai Elbe yang dibatasi oleh tebing-tebing eksotis Batupasir Elbe yang berumur Kapur, atau sekitar 100-80 juta tahun yang lalu. Saya sempat menduga bahwa ini bebatuan karst seperti Maros karena bentukan bukit pinnacle, bahkan dosen saya (Pak Budi Brahmantyo) ketika saya melihat foto ini pun menduga hal yang sama. Tapi ternyata batupasir bisa membentuk morfologi yang serupa.

Kereta kami berhenti di Stasiun Rathen, tepat di tepian point bar Sungai Elbe, kami harus menyeberangi Sungai Elbe untuk mulai berjalan kaki di kawasan Bastei. Menggunakan kapal yang dikelola masyarakat lokal kami menyebrang dengan cukup membayar EUR 1.8 untuk pergi pulang. Kami sampai di Desa Rathen. Desa Rathen adalah desa kecil yang indah. Dengan rumah-rumah cantik seperti di dalam cerita-cerita dongeng. Di bagian atasnya ada reruntuhan kastil tua Altrathen Schloss yang diduga dibangun sekitar abad ke-12.

20171224_134446
Perlu menyebrang Sungai Elbe untuk memulai trekking. Di seberang adalah Desa Rathen dengan kastil Altrathen di bukitnya

Karena sudah dikelola sejak lebih dari 200 tahun yang lalu, pariwisata di Bastei ini kalau boleh saya bilang sangat matang. Jalur wisata dibuat sangat nyaman, jelas, dan tentu aman. Meskipun elevasi yang ditempuh berbeda cukup jauh (sekitar 200-300 mdpl) namun pendakian terasa sangat nyaman. Kami bahkan bertemu banyak Oma dan Opa yang mendaki bersama (orang Jerman sangat senang trekking). Dengan fasilitas sedemikian rupa, kita tak perlu membayar apa-apa untuk kesini selain biaya transportasi, itu pun saya rasa sangat murah, EUR 13 untuk tiket harian pergi dan pulang di sekitaran Dresden.

Geologi Batupasir Elbe

Bastei adalah singkapan Formasi Batupasir Elbe yang berumur Kapur (100-80 juta tahun yang lalu). Batupasir Elbe adalah penamaan untuk semua jenis batupasir yang tersingkap di sekitar lembah Elbe dengan jenis utama yaitu batupasir kuarsa dengan semen silikaan. Batupasir ini melampar jauh 20 km x 30 km meliputi dua negara yaitu Jerman dan Republik Ceko dengan ketebalan hingga 600 meter (Migori, 2010).

Batupasir ini terbentuk pada lingkungan pengendapan laut regresi. Sumber sedimennya diduga berasal dari bagian utara, yaitu tubuh granitoid yang lebih tua (Vařilová, 2016). Yang menarik dari daerah ini adalah morfologi pinnacle pada bukit-bukitnya. Lagi-lagi menurut wikipedia, bentukan ini terjadi karena tebalnya lapisan batupasir dan juga kekar yang tegak lurus vertikal dengan lapisan yang datar. Ini kemudian menjadi sebuah istilah dalam bahasa Jerman yaitu Quadersandsteingebirge atau Square sandstone mountains atau bukit batupasir mengotak jika saya coba menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Istilah ini dikenalkan oleh Hans Brunno Geinitz pada 1849 untuk mendeskripsi fenomena sejenis, namun sebenarnya merujuk secara spesifik pada batupasir Elbe.

20171224_114025
Jalur trekking menuju Bastei. Sepanjang jalan anak tangga lebar dan aman
20171224_122359
Batupasir Elbe dari titik pertama. Perhatikan bentuk-bentuk mengotak yang kadang mengecoh seolah seperti bukit-bukit pinnacle Karst

Di Bastei, jenis-jenis morfologi Plato bisa kita pelajari dengan mudah. Plato adalah dataran tinggi yang dibentuk dari lapisan datar. Ada bukit Mesa Konigstein yang bisa dilihat dari titik vista pengamatan jembatan Bastei. Mesa adalah morfologi tinggian berbentuk seperti meja (lihat gambar pertama).

Bastei, Elbe, dan Kisah di Baliknya

Buat saya, sungai adalah morfologi yang paling romantis. Ia adalah mula dari semua kisah manusia. Kita bisa membahas semua mula budaya, yang kesemuanya dimulai dari tepian sungai. Seperti sejarah panjang kebudayaan Mohenjo Daro dan Harappa yang berkembang di tepian Sungai Indus. Atau Mesopotamia yang masyhur karena diapit Eufrat dan Tigris yang melimpahinya dengan tanah subur. Juga Mesir yang dikenal sebagai “Hadiah dari Sungai Nil” karena lekatnya sejarah peradaban bangsa Mesir di sekitar lembah Nil. Begitu pula di Indonesia, peradaban manusia purba Sangiran bertumpu pada aliran Bengawan Solo. Bangkit runtuhnya kerajaan di tatar Sunda pun disaksikan oleh aliran Ci Tarum.

Kita punya begitu banyak karya sastra dengan sungai sebagai sumber inspirasinya, Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis karya Paulo Coelho adalah salah satu favorit saya yang bercerita tentang perjalanan spiritual Pilar. Juga cerita pendek karya Sapardi Djoko Damono, Sungai.

Sungai Elbe pun sama. Ia bermula dari Pegunungan Krkonose atau Giant Mountains di utara Republik Ceko, mengalir menuju kawasan Bohemia, Saxony di Jerman, hingga bermuara di Laut Utara. Sungai Elbe telah lama dikenal sebagai batas geografis negara-negara. Sejak zaman Romawi, Kekaisaran Roma membatasi wilayahnya di sekitar Elbe dan terus berperang mempertahankan batas negaranya dari serangan kaum barbar.

Di puncak Bastei kita bisa menjumpai artefak-artefak kerajaan dan bekas benteng. Kami mendapati sebuah ketapel raksasa (catapult) dengan ukuran peluru sebesar kepala orang dewasa. Selain itu dijumpai juga pecahan-pecahan gerabah dan bekas benteng dari kayu. Mungkin pada zaman dahulu tempat ini merupakan benteng perlindungan. Kadang saya suka membayangkan betapa berat tinggal disini pasti sulit mendapat air.

20171224_123155
Sungai Elbe membelah perbukitan batupasir Elbe.

 

20171224_115639
Singkapan batupasir Elbe membentuk kotak-kotak. Jadi teringat pelajaran zaman dulu bahwa batupasir yang masif bisa membentuk pelapukan mengulit bawang.
20171224_125424
Artefak ketapel raksasa di puncak Bastei
20171224_124931
Sketsa Felsenburg (bukit batu) dari Bastei. Ingin rasanya duduk dan membuat sketsa, tapi musim dingin tidak memungkinkan saya melakukannya. 
20171224_125138
Bagian paling saya suka, peta gunung-gunung. Buat saya penting untuk kita memahami geomorfologi sekitar. Contoh yang bagus banget buat ditiru di Indonesia.

Bagi saya, Jembatan Bastei adalah salah satu tempat paling bagus yang pernah saya kunjungi. Unsur-unsur yang saya senangi hampir semua ada, bentang alam, singkapan, tinggian, lembah, bukit, sungai, puncak, jejak sejarah, dan unsur geowisata yang paripurna yaitu informasi yang memadai untuk kita mencoba memahami apa yang ingin disampaikan oleh tempat wisata ini.

Entah kapan saya bisa kesini lagi, tapi Jembatan Bastei punya tempat yang spesial di hati saya. Sampai jumpa lagi Bastei, sampai kita bertemu lagi.

Auf wiedersehen

 

Migoŕi, P. (2010). Geomorphological Landscapes of the World. Springer. p. 202. ISBN 978-90-481-3054-2. Retrieved 30 April 2011.

Vařilová Z. (2016) Elbe Sandstones. In: Pánek T., Hradecký J. (eds) Landscapes and Landforms of the Czech Republic. World Geomorphological Landscapes. Springer, Cham