Manusia dan Perubahan Iklim (1)

Kemarin malam saya baru menonton film dokumenter tentang perubahan iklim yang dibintangi dan diproduseri oleh Leonardo DiCaprio, judulnya Before the Flood.  Leo adalah seorang aktivis perubahan iklim yang juga merupakan duta kampanye perubahan iklim PBB, suatu isu yang banyak ditentang oleh berbagai kalangan, beberapa ilmuwan, politisi, media, dan lain-lain. Film serupa pernah dibuat oleh mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, pada tahun 2006 berjudul An Inconvenient Truth. Setelah menonton Before the Flood, saya menonton ulang An Inconvenient Truth dan kemudian saya memutuskan saya akan membuat sebuah tulisan mengenai isu ini.

Ada beberapa hal mengenai perubahan iklim yang seringkali diperdebatkan oleh orang-orang,

  1. Apakah perubahan iklim itu ada atau hanya mitos saja?
  2. Apakah perubahan iklim itu siklus alami?
  3. Apakah manusia berpengaruh terhadap perubahan iklim?

Pertanyaan pertama dan kedua bisa kita jawab dengan mempelajari sejarah planet bumi. Bumi pernah mengalami beberapa kali zaman es. Bahkan es juga yang mengakibatkan nenek moyang manusia bisa bermigrasi dari satu tempat ke tempat yang lain karena ketika itu laut-laut masih saling terhubung. Namun 10-12 ribu tahun yang lalu, zaman es berakhir. Es mencair dan bentangalam terukir menjadi seperti saat ini. Hangatnya bumi memungkinkan manusia untuk bermukim dan memulai kebudayaan. Tak aneh jika bangunan kebudayaan tertua di bumi berumur 11.600 tahun, yaitu situs Gobekli Tepe di Turki.

Jadi ya perubahan iklim itu ada dam merupakan suatu siklus alami.

Pertanyaan ketiga sangat menarik dan kontroversial. Apakah manusia berpengaruh terhadap perubahan iklim?

Efek rumah kaca adalah suatu faktor yang mengakibatkan bumi menjadi hangat. Efek ini sangat penting, karena tanpanya, Bumi akan seperti Mars. Namun jika terlalu banyak, Bumi akan seperti Venus, sangat panas. Efek rumah kaca dibentuk dari akumulasi gas rumah kaca. Gas rumah kaca sendiri diantaranya uap air (H2O), Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), dan Dinitrogen Oksida (N2O). Namun senyawa yang paling berpengaruh terhadap pemanasan global addalah CO2 dan CH4 terkait kemampuan mereka menyerap radiasi termal matahari.

Seperti yang telah ditulis bahwa gas rumah kaca merupakan faktor yang penting dalam atmosfir kita. Namun ternyata sejak Revolusi Industri di abad ke 19, jumlah gas rumah kaca ekivalen karbon dioksida yang terkandung di atmosfir melesat tinggi. Sebelumnya kandungan karbon dioksida di atmosfir sejumlah 280 bpj pada tahun 1850 (bagian per juta bagian / part per million ppm) menjadi 460 bpj pada tahun 2010.

 

3

National oceanic and atmospheric administration (NOAA)

http://www.esrl.noaa.gov/gmd/ccgg/trends/global.html

 

Jawaban saya untuk pertanyaan ketiga adalah, ya manusia menyebabkan peningkatan jumlah gas rumah kaca di atmosfir yang mengakibatkan percepatan perubahan iklim.

 

Lantas apa?

The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memrediksi bahwa dalam 100 tahun temperatur akan meningkat 2.5 – 10 derajat Fahrenheit. http://climate.nasa.gov/effects/

Peningkatan suhu bumi memiliki beberapa dampak,

  1. Temperatur akan terus meningkat
  2. Perubahan panjang musim menjadi tidak beraturan
  3. Perubahan pola presipitasi. Hujan semakin deras, atau tidak ada hujan sama sekali di beberapa tempat.
  4. Kekeringan dan gelombang panas
  5. Badai menjadi semakin kuat dan intens
  6. Muka air laut akan meningkat 30 cm – 1.2 cm
  7. Es di kutub akan mencair

Dampak-dampak ini boleh jadi merupakan tantangan umat manusia yang harus dihadapi. Beberapa sudah terbukti merusak dan menjadi bencana.

(Bersambung)

Tulisan ini akan menjadi permulaan dari seri tulisan mengenai perubahan iklim

Beberapa hal yang ingin saya tuliskan selanjutnya adalah:

  1. Akumulasi Gas Rumah Kaca
  2. Bencana Perubahan Iklim
  3. Pengingkaran Perubahan Iklim
  4. Geologi dan Perubahan Iklim